Ketika hujan turun di masa kanak-kanak, orang tua kami mengijinkan anaknya untuk main ‘hujan-hujanan’ sampai puas, bahkan ketika banjir tiba menjadi kesempatan untuk bermain perahu getek dari gedebog. Ketika mulai sekolah, setiap hujan deras menjadi kesenangan tersendiri – karena pak Guru dan Bu Guru mentolerir keterlambatan atau bahkan sekolah diliburkan.
Bahwasanya hujan itu berkah dan sumber rezeki, Allah sendiri yang menjanjikanNya : “Dan Kami turunkan dari langit air yang penuh berkah lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam, dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun-susun, untuk menjadi rezeki bagi hamba-hamba (Kami), dan Kami hidupkan dengan air itu tanah yang mati (kering). Seperti itulah terjadinya kebangkitan.” (QS 50 : 9-11)
Hujan sudah mulai turun.Saat panas terik, kita sering mengeluh kapan hujan akan turun. Curahan air hujan dari langit diharapkan bisa melepas dahaga di tengah kemarau yang panjang. Doa dan harapan pun terucap, meminta hujan diturunkan.
Kini, hujan sudah mulai turun. Di tempatku, sering selepas siang, hujan turun. Ada yang sekedar gerimis menyapa, ada yang lebat sekali.
Hujan kecil, serasa nikmat. Halaman dan tanaman tersiram air. Lingkungan sekitar menjadi segar. Hujan sedang, sudah mulai membuat genangan air di sudut-sudut kota.
Hujan besar, genangan air menjadi kolam renang di tengah kota, tanah longsor dan pohon tumbang yang tidak jarang memakan korban jiwa.
Kalau sudah mulai banjir gini, pastinya akan membuat susah semua orang. Pastinya mobilitas orang akan terganggu baik itu berangkat sekolah, ke kantor ataupun berdagang. Titik banjir di tempat yang sama dari tahun ke tahun. Apa kabar pemerintah ?
Kalau banyak bencana gini seakan hujan adalah musibah. Tapi kalau menurutku hujan adalah berkah pemberian Tuhan. Tinggal kita sendiri yang harusnya menjaga lingkungan. Jangan salahkan hujannya jika banjir, tapi salahkan kita sendiri yang tidak peduli pada lingkungan, serta pemerintah yang tidak berhasil mengatasi banjir padahal.
Bila realita yang kita hadapi ternyata hujan menjadi musibah, sangat bisa jadi itu karena kelalian kita sendiri semua. Para pengusaha yang memotong pohon dan menghabiskan lahan-lahan resapan air, membangun bangunan-bangunan yang tidak memperhatikan dampaknya pada lingkungan, para penguasa yang memberinya ijin dan tidak memikirkan akibat dari kebijakan yang dikeluarkannya, dan juga masyarakat yang membuang sampah seenaknya ke sungai-sungai dan saluran air dlsb.dlsb.
Bila kita bisa mengelola air hujan ini dengan baik, tidak menimbulkan musibah tetabi malah menjadi berkah dan sumber rezeki, maka tidak akan susah untuk mengubah persepsi tentang hujan ini. Yang punya pengalaman buruk karena kebanjiran di musim hujan bisa terobati luka di memorinya, bagi yang punya pengalaman baik dengan hujan dapat terus membangun memori yang indah tentang hujan, tentang berkah dan rezeki yang memang perlu terus disyukuri ini. InsyaAllah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar