Jumat, 02 Desember 2011

Dunia Dalam Pandangan Islam :)


“Sesungguhnya dunia ini manis lagi hijau. Sesungguhnya Allah St menitipkan dunia ini kepada kalian lalu Dia akan melihat apa yang kalian perbuat terhadapnya. Maka waspadalah terhadap dunia dan waspadalah terhadap wanita.” Demikian pesan Rasulullah Sw kepada umatnya.

* Ada tiga sikap manusia dalam memandang kenikmatan dunia: *


Pertama: mereka yang memandang kesenangan dunia sebagai tujuan hidupnya. Oleh karena itu, mereka bekerja keras siang malam untuk mencari harta. Dengan harta itu mereka bersenang-senang dan menikmati berbagai kenyamanan dunia. Mereka lupa bahwa di balik kehidupan dunia ini ada kehidupan yang jauh lebih besar dan lebih kekal. Kehidupan akhirat yang tak berkesudahan.


Kedua: mereka yang memandang kesenangan dunia sebagai sesuatu yang tercela dan hina. Tidak hanya sampai di situ, mereka bahkan mengharamkan berbagai kenikmatan dunia. Paham seperti ini dianut oleh sebagian kalangan sufi. Di antara mereka ada yang menjauhi nikah alias tidak mau kawin sepanjang hidup. Sebagian lagi ada yang menghindari penggunaan teknologi, dan sebagainya. Mereka berpandangan bahwa menikmati kesenangan dunia akan menjauhkan seseorang dari Allah St. Juga, siapa yang menginginkan kenikmatan akhirat ia mesti menjauhi kenikmatan dunia. Dalam pandangan mereka hanya ada dua pilihan: dunia atau akhirat. Dan tidak mungkin menggabungkan antara keduanya.


Ketiga: mereka yang memandang dunia sebagai sarana meraih akhirat. Bagi mereka akhirat adalah tujuan hidup, tetapi bukan berarti meninggalkan dunia. Mereka bekerja mencari dunia dengan semangat dan etos kerja yang tinggi. Sebagian mereka kaya raya dan pengusaha yang sukses. Akan tetapi itu semua bukanlah tujuan. Tujuan mereka adalah meraih ridha Allah dan surga-Nya. Inilah cara pandang yang benar yang sesuai dengan tuntunan Islam. Golongan inilah yang selamat lagi beruntung.




Bahaya tertipu dengan kesenangan dunia


Sejak dahulu hingga kini tidak sedikit orang-orang yang tertipu oleh dunia. Demi dunia, tidak sedikit manusia yang rela mengorbankan segala-galanya. Karena dunia, kawan bisa menjadi musuh, saudara tidak lagi disapa, anak jadi durhaka, dan serentetan tindak kriminal lainnya. Oleh karena itu, setiap muslim wajib waspada agar tidak tertipu oleh dunia. Terpedaya oleh dunia akan mendatangkan banyak petaka, di antaranya: 


1. Mengabaikan kehidupan akhirat yang jauh lebih kekal. Akibatnya, lupa bersiap bekal untuk kehidupan akhirat. Mereka memburu kesenangan dunia yang fana dan melalaikan kenikmatan surga yang baqa. Akibatnya, tidak ada bagian untuk mereka di akhirat selain neraka. Mereka ini adalah golongan yang benar-benar merugi.


2. Mengenyampingkan norma-norma halal dan haram. Bagi para pemburu dunia tidak ada istilah haram. Semua cara akan mereka tempuh demi memuaskan nafsu mereka. Akibatnya, mereka banyak berbuat kerusakan di muka bumi.


3. Memicu permusuhan, persengketaan dan bahkan peperangan. Sejarah telah mencatat bahwa perang dunia pertama dan kedua dipicu oleh persaingan dalam memperebutkan dunia dan kekuasaan.


4. Lupa akan tujuan hidup yang sebenarnya. Sesungguhnya tujuan Allah mencipatakan manusia dan jin adalah agar mereka beribadah kepada-Nya. Inilah tujuan hidup yang sejati. Akan tetapi para pemburu dunia lupa dengan tujuan besar ini karena terbius oleh kelezatan dunia. Mereka terkecoh dengan perhiasan dunia sehingga lupa dengan Khaliq-nya. Sehingga, keadaan mereka tak ubahnya binatang ternak. Allah St berfirman:
“Orang-orang yang kafir itu bersenang-senang (di dunia) dan makan seperti makannya binatang ternak. Neraka adalah tempat tinggal mereka. (QS. Muhammad: 12).


Semua kesenangan dunia itu akan lenyap tanpa bekas manakala seseorang dicelupkan ke dalam neraka. (Na’udzu billahi min dzalik). Rasulullah Sw bersabda:


“Kelak pada hari kiamat akan didatangkan orang yang paling senang hidupnya di dunia dari kalangan penghuni neraka. Kemudian ia dicelupkan ke neraka sekali celup lalu dikatakan kepadanya, ‘Wahai anak Adam, apakah engkau pernah merasakan kesenangan ketika di dunia dahulu?’ Ia menjawab, ‘Tidak, demi Allah wahai Rabb-ku.’ Lalu didatangkan orang yang paling sengsara hidupnya di dunia dari kalangan penghuni surga. Kemudian ia dicelupkan ke surga sekali celup lalu dikatakan kepadanya, ‘Wahai anak Adam, apakah engkau pernah merasakan kesusahan atau penderitaan ketika di dunia dahulu?’ Ia menjawab, ‘Tidak, demi Allah, aku tidak pernah merasakan kesusahan atau penderitaan sedikitpun.’” (HR. Muslim).


Demikianlah perbandingan antara kehidupan dunia dengan akhirat.


Peringatan Allah St tentang pesona dunia


Di dalam al-Qur’an berulang kali Allah St mengingatkan kita agar tidak terpedaya oleh pesona dunia yang memang memukauini. Sesungguhnya kehidupan dunia ini sangatlah fana dan singkat, sedangkan di akhirat kelak tersedia surga dengan segala kenikmatannya dan neraka dengan segala penyiksaannya. Kampung akhirat adalah kehidupan yang sejati, kekal dan tidak ada akhirnya. Marilah kita renungkan pesan-pesan Ilahi berikut ini:


“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak. Ia bagaikan hujan yang tanamannya mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu mengering dan kamu lihat warnanya kuning lalu menjadi hancur. Sedangkan di akhirat (kelak) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan tidaklah kehidupan dunia ini melainkan kesenangan yang menipu.” (QS. Al-Hadiid: 20)


“Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia ini memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syaitan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah.” (QS. Faathir: 5)


Dan firman-Nya:


“Allah meluaskan rezki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit).” (QS. Ar-Ra’du: 26).


Yakin kepada hari Akhir


Pesona dunia dan kemilaunya hanyalah berpengaruh pada jiwa-jiwa yang tidak meyakini hari akhir dengan segala peristiwa dahsyatnya. Hal ini karena hari akhir (surga dan neraka) adalah sesuatu yang ghaib dan tidak kasat mata. Sedangkan jiwa manusia sangat condong dengan sesuatu yang nampak, nyata dan dekat. Padahal pesona dunia ini jika dibandingkan dengan pesona surga, sangatlah tidak ada artinya. Akan tetapi pesona surga tersebut tidak nampak, tidak bisa dibuktikan di dunia, dan tidak bisa di lukiskan dengan kata-kata. Nah di sinilah pentingnya beriman kepada hari akhir. 


“Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al-Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.” (QS. Al-Baqarah: 4)


Dengan menyakini hari akhir maka jiwa seorang muslim tidak terlalu silau dengan gemerlapnya dunia. Sebab dia yakin bahwa setelah kehidupan dunia ini ada suatu kehidupan yang jauh lebih bermakna lagi kekal. Dan itulah kehidupan yang sejati.


Lihatlah para tukang sihir Fir’aun. Sebelum beriman, mereka adalah para pemburu dunia. Mereka berkata kepada Fir’aun, “Wahai Fir’aun, seandainya kami menang menghadapi Musa, apakah engkau akan memberikan upah kepada kami?” Fir’aun menjawab, “Jangan khawatir, kalian akan mendapat upah yang besar dariku dan kalian akan aku jadikan orang-orang terdekat di sisiku.”


Tetapi setelah mereka beriman kepada Allah dan hari akhir, yakni setelah melihat sihir mereka dikalahkan oleh mukjizat Musa As, mereka berubah seratus delapan puluh derajat. Yang tadinya pemburu dunia, kini pemburu akhirat. Yang tadinya mengharap harta dan pangkat, kini menantang Fir’aun terlaknat. Maka dengan penuh murka, Fir’aun berkata kepada mereka: 


"Apakah kalian telah beriman kepada Musa sebelum aku memberi izin kepada kalian. Sesungguhnya ia adalah pemimpin kalian yang mengajarkan sihir kepada kalian. Maka sesungguhnya aku akan memotong tangan dan kaki kalian dengan secara bersilang, dan aku akan menyalib kalian pada pangkal-pangkal pohon kurma, sehingga kalian akan mengetahui siapa di antara kita yang lebih pedih dan lebih kekal siksanya". (QS. Thaha: 71).


Tetapi dengan mantap para tukang sihir itu menjawab:


"Kami sekali-kali tidak akan mengutamakan engkau daripada bukti-bukti nyata (mukjizat), yang telah datang kepada kami, demi Allah yang telah menciptakan kami, maka putuskanlah apa yang hendak engkau putuskan (wahai Fir’aun), sesungguhnya engkau hanya dapat memutuskan pada kehidupan dunia ini saja. Sesungguhnya kami telah beriman kepada Tuhan kami, agar Dia mengampuni kesalahan-kesalahan kami dan sihir yang telah engkau paksakan kepada kami. Allah lebih baik (pahala-Nya) dan lebih kekal (azab-Nya)". (QS. Thaha: 71-73).


Demikianlah, seorang muslim yang senantiasa mengingat akhirat niscaya akan menganggap remeh dunia ini. Akan waspada dari godaan dunia. Tidak terpedaya dengan pesona dunia, tidak sedih ketika kehilangan dunia, dan tidak iri dengan kesenangan dunia yang Allah berikan kepada sebagian hamba-Nya.


Orang yang seperti ini, jiwanya akan dipenuhi oleh qana’ah (merasa puas dengan pemberian Allah St), hatinya bersih dari kerakusan terhadap dunia, dengki, benci, dan sebagainya. Karena, seorang yang hidup dengan pikiran tertambat ke akhirat niscaya tidak akan dirisaukan oleh dunia yang sempit ini. Dalam pandangannya, dunia tak ubahnya lubang yang sempit. Lantas buat apa ia bersaing atau mendengki orang lain hanya karena sebuah lubang yang sempit lagi cepat berlalu? Ia hidup di ufuk yang luas nan lapang. Ufuk akherat beserta kehidupannya yang abadi. Keyakinan seperti ini akan membuahkan rasa tentram, bahagia dan ridha. Sedangkan rasa tentram (thuma’ninah) dan ridha adalah surganya dunia. Oleh karena itu, keyakinan kepada hari akhir adalah nikmat yang besar yang Allah St berikan kepada hamba-hamba-Nya.


Catatan Penting :


Dengan uraian di atas yang menjelaskan tentang betapa remehnya kesenangan dunia jika dibandingkan akhirat, bukan berarti kita harus meninggalkan dunia atau tidak bersungguh-sungguh dalam mencari dunia. Sama sekali bukan. Kita harus bekerja sebaik mungkin dan berprestasi dalam urusan dunia kita, akan tetapi ia tidak boleh menjadi tujuan hidup kita. Kita harus memposisikan dunia sebagai sarana meraih akhirat. Sebagaimana kata seorang bijak:


“Dunia adalah ladang akhirat”


Dalam hal ini para sahabat Rasulullah Sw adalah contoh yang baik. Mereka semua bekerja mengurus dunianya. Kaum muhajirin bekerja sebagai pedagang sedangkan mayoritas kaum Anshar bekerja sebagai pekebun. Di antara mereka ada yang kaya raya seperti: Utsman bin Affan, Abdurrahman bin ‘Auf, Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khatthab Rd, dan lain-lain. Akan tetapi mereka menjadikan dunia itu di tangan mereka, bukan di hati mereka. Sehingga, mereka kaya raya namun tidak sampai cinta dunia. Bagi mereka harta adalah sarana untuk meraih pahala. Kekayaan adalah jalan untuk meraih ridha ar-Rahmaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar